About Me

header ads

Pentingnya mencintai tanah air

pentingnya mencintai tanah air


Sudah menjadi ketentuan Allah SWT bahwa Dia menciptakan manusia berbangsa-bangsa dan bahasa untuk saling mengenal dan belajar antara satu dengan yang lain.  Namun saat ini banyak dari kita yang sudah mulai lupa dengan sunnatullah tersebut sehingga ada sebagian dari kita lebih cinta terhadap negara atau bangsa lain daripada negara atau bangsa sendiri yang berujung pada rasa ketidakpercayaan diri.


Di zaman yang modern ini, seorang pendidik harus mampu menanamkan jiwa akan kecintaan para siswa terhadap tanah air sebagai modal dasar untuk menjadikan indonesia yang lebih baik.
Oleh karena itu, kita sebagai bangsa indonesia yang memiliki kemajemukan suku, budaya, adat dan bahasa seharusnya bangga dengan tanah air ini.

QS Ali Imran : 103
واَعْتصِمُواْ بِحَبْلِ الله جَمِيْعًا وَلاَ تَفَـرَّقوُا وَاذْ كـُرُو نِعْمَتَ الله عَلَيْكُمْ إٍذْكُنْتُمْ أَعْـدَاءً  فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلـُوبِكُمْ  فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَاناً وَكُنْتُمْ عَلىَ شَفاَ خُـفْرَةٍ  مِنَ النَّاِر فَأَنْقـَدَكُمْ مِنْهَا كَذَالِكَ يُبَبِّنُ اللهُ لَكُمْ اَيَاتِهِ لَعَلـَّكُمْ تَهْـتَدُونَ

Terjemahan :
Artinya : “Dan berpegang teguhlah kamu sekalian dengan tali Allah   dan janganlah kamu sekalian berpecah belah, dan ingatlah nikmat Allah atas kamu semua ketika kamu bermusuh-musuhan maka Dia (Allah) menjinakkan antara hati-hati kamu  maka kamu menjadi bersaudara sedangkan kamu diatas tepi jurang api neraka, maka Allah mendamaikan antara hati kamu. Demikianlah Allah menjelaskan ayat ayatnya  agar kamu mendapat petunjuk”

Penjelasan Ayat :
Dalam beberapa pendapat, maksud dari kata hablillah adalah janji Allah, sedangkan menurut pendapat lainnya bermaksud Al-Qur’an. Dengan demikian maksud dari ayat ini adalah tetaplah berpegang pada janji Allah yang pasti akan terjadi dan terangkum didalam kitabNya. Sesama ummat muslim sudah seharusnya menjaga persatuan dan mencegah perbedaan yang akan membuat terpecah belah.

Dengan mengimani ayat ini, sudah seharusnya kita menjaga persatuan dan kesatuan bangsa serta jangan mudah terpecah belah oleh upaya-upaya asing yang ingin menghancurkan negeri kita.

QS Ali Imran : 159
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ

Terjemahan :
Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”

Penjelasan Ayat :
Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa sikap lemah lembut yang dimiliki oleh seseorang merupakan rahmat Allah SWT, sedangkan sifat keras yang dimaksud disini adalah keras dalam berbicara. Nabi Muhammad SAW merupakan orang yang terkenal akan kelmahlembutannya dan tidak keras bahkan sebelum beliau dikenal menjadi nabi.

Oleh karena itu, kita sebagai ummat muslim harus mencontoh sifat lemah lembutnya Rasulullah SAW agar orang pun menghargai kita. Kelemah lembutan akan memberikan psikologis yang damai, sedangkan ucapan yang kasar akan membuat orang takut kepada kita.

Ketiga ayat diatas merupakan pedoman bagi kita selaku ummat muslim untuk menjaga persatuan dan kesatuan dengan menciptakan keadaan yang harmonis, berperilaku lemah lembut terhadap sesama, sehingga dengan hal tersebut maka akan menumbuhkan rasa nasionalisme

Dalam Kajian Sejarah

Rasulullah SAW sendiri pernah mengekspresikan kecintaanya kepada Mekkah sebagai tempat kelahirannya. Hal ini bisa kita lihat dalam penuturan Ibnu Abbas ra yang diriwayatkan dari Ibnu Hibban berikut yang artinya: “Dari Ibnu Abbas RA ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, ‘Alangkah baiknya engkau sebagai sebuah negeri, dan engkau merupakan negeri yang paling aku cintai. Seandainya kaumku tidak mengusirku dari engkau, niscaya aku tidak tinggal di negeri selainmu,” (HR Ibnu Hibban). Di samping Mekkah, Madinah adalah juga merupakan tanah air Rasulullah SAW. Di situlah beliau menetap serta mengembangkan dakwah Islamnya setelah terusir dari Mekkah. Di Madinah Rasulullah SAW berhasil dengan baik membentuk komunitas Madinah dengan ditandai lahirnya watsiqah madinah atau yang biasa disebut oleh kita dengan nama Piagam Madinah.

Kecintaan Rasulullah SAW terhadap Madinah juga tak terelakkan. Karenanya, ketika pulang dari bepergian, Beliau memandangi dinding Madinah kemudian memacu kendarannya dengan cepat. Hal ini dilakukan karena kecintaannya kepada Madinah.Artinya: “Dari Anas RA bahwa Nabi SAW apabila kembali dari berpergian, beliau melihat dinding kota Madinah, maka lantas mempercepat ontanya. Jika di atas atas kendaraan lain (seperti bagal atau kuda, pen) maka beliau menggerak-gerakannya karena kecintaanya kepada Madinah,” (HR Bukhari).

Apa yang dilakukan Rasulullah SAW ketika kembali dari bepergian, yaitu memandangi dinding Madinah dan memacu kendaraannya agar cepat sampai di Madinah sebagaimana dituturkan dalam riwayat Anas RA di atas, menurut keterangan dalam kitab Fathul Bari Syarhu Shahihil Bukhari karya Ibnu Hajar Al-Asqalani menunjukkan atas keutamaan Madinah disyariatkannya cinta tanah air. Artinya: “Hadis tersebut menunjukan keutamaan Madinah dan disyariatkannya mencitai tanah air serta merindukannya” (Lihat, Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Bari Syarhu Shahihil Bukhari, Beirut, Darul Ma’rifah, 1379 H, juz III, halaman 621).

Dalam Kajian Budaya

Ibnu Khaldun di dalam bukunya yang berjudul Muqaddimah mengatakan bahwa salah satu factor penyebab runtuhnya nasionalisme adalah karena fanatisme seseorang terhadap kelompok, suku atau golongan. Suatu suku mungkin akan dapat membentuk dan memelihara suatu negara bahkan mampu menghancurkannya karena suku tersebut memiliki sejumlah karakteristik social-politik dan budaya tertentu atau yang lebih dikenal dengan ashabiyah.

Fanatisme suku atau golongan tertentu sangat terasa pada bangsa arab ketika dahulu karena mereka menganggap dengan fanatisme, mereka akan dapat meraih tujuannya yaitu kekuasaan dan sudah menjadi tradisi bagi setiap suku di bangsa arab untuk tidak patuh kepada suku lain sehingga akan sulit tercipta persatuan dan kesatuan.

Generasi muda kita saat ini sangat rentan dengan pengaruh budaya asing yang masuk baik itu berupa pemikiran, gaya hidup dan lainnya, sehingga akan memudarkan rasa nasionalisme mereka. Padahal bangsa Indonesia memiliki budaya yang terhitung jumlahnya sehingga dengan pelestarian budaya tersebut maka tidak sadar akan memupuk dan menumbuhkan rasa nasionalisme kita.


Posting Komentar

0 Komentar